Lilitan
tali pusat adalah tali pusat yang membentuk lilitan sekitar badan janin, bahu,
tungkai atas/ bawah dan leher. Lilitan tali pusat terjadi karena gerak janin
yang berlebihan, tali pusat yang panjang, janin kecil dan polihidramnion.
Lilitan tali pusat bisa terjadi dimana saja dari tubuh janin, tetapi yang sering
terjadi adalah di bagian leher (nuchal cord). Jumlah lilitan bisa sekali
(terjadi pada 21,3 % kehamilan) atau lebih dari sekali lilitan (terjadi pada
3,4 % kehamilan). Lilitan tali pusat dapat menimbulkan bradikardia dan hipoksia
janin, dan bila jumlah lilitan lebih dari sekali akan meningkatkan mortalitas
perinatal. Lilitan tali pusat yang erat menyebabkan gangguan (kompresi) pada
pembuluh darah umbilical, dan bila berlangsung lama akan menyebabkan hipoksia
janin.
Dalam masa kehamilan janin bebas
bergerak dalam cairan amnion, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan
dengan baik. Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang
besar kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Keadaan ini dijumpai pada
air ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang dan bayinya yang kecil.
Tali pusat dapat diketahui lewat pemeriksaan USG, lilitan tali pusat tidak bisa
dilepas tetapi dipantau dan memberi tahu ibu. Sebenarnya lilitan tali pusat
tidaklah terlalu membahayakan namun menjadi bahaya ketika memasuki proses
persalinan dan terjadi kontraksi rahim (mules) dan kepala janin turun memasuki
saluran persalinan. Lilitan tali pusat bisa menjadi semakin erat dan
menyebabkan penurunan utero-plasenta, juga menyebabkan penekanan/kompresi pada
pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya suplai darah yang mengandung
oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi terganggu. Lilitan tali pusat di
leherpun tidak harus berujung sesar, tetapi proses persalinan dipantau ketat
pada kala I dan observasi denyut jantung. Bila denyut jantung terganggu,
persalinan diakhiri dengan bedah sesar, karena jika dipaksa lahir dengan normal
bisa berdampak buruk pada janin.
b.
Etiologi
Penyebab
lilitan tali pusat adalah :
1) Polihidramnion
Jumlah
air ketuban melebihi 2000 cc. Pada usia kehamilan sebelum 8 bulan umumnya
kepala janin belum memasuki bagian atas panggul. Pada saat itu ukuran bayi
relative kecil dan jumlah air ketuban berlebihan, kemungkinan bayi terlilit
tali pusat.
2) Tali pusat yang panjang
Tali pusat dikatakan panjang jika
melebihi 100 cm dan dikatakan pendek jika kurang dari 30 cm. Tali pusat yang
panjang menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat rata-rata 50-60 cm, namun
tiap bayi mempunyai tali pusat yang berbeda-beda.
c. Tanda-tanda bayi terlilit tali
pusat
1)
Pada
bayi dengan umur kehamilan dari 34 minggu namun bagian terendah janin
(kepala/bokong) belum memasuki bagian atas rongga panggul.
2)
Pada
janin letak sungsang/lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha
memutar janin (versi luar/ knee chest position) perlu dicurigai pada adanya
lilitan tali pusat.
3)
Tanda
penurunan DJJ dibawah normal, terutama pada saat kontraksi.
d. Penyebab Bayi Meninggal Karena Lali
Pusat.
1) Puntiran tali pusat secara
berulang-ulang ke satu arah. Biasanya terjadi pada trimester satu dan dua . Ini
mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat terhambat total.
Karena dalam usia kehamilan umumnya bayi bergerak bebas.
2) Lilitan tali pusat pada bayi
terlalu erat sampai dua atau tiga lilitan, hal tersebut menyebabkan kompresi
tali pusat sehingga janin mengalami hipoksia/kekurangan oksigen.
e. Akibat pada Ibu dan Bayi
1) Pada ibu dapat terjadi persalinan
lama : merupakan persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida
atau 18 jam untuk multigravida.
2) Pada bayi dapat terjadi hipoksia
yang menyebabkan terjadinya asfiksia, dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir.
f.
Penatalaksanaan
1) Melalui pemeriksaan teratur dengan
bantuan USG untuk melihat apakah ada gambaran tali pusat disekitar leher. Namun
tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tali pusat tersebut melilit leher
janin/tidak. Apalagi untuk erat/tidaknya lilitan. Namun dengan USG berwarna
(Coller Doppen) atau USG tiga dimensi dan dapat lebih memastikan tali pusat
tersebut melilit/tidak dileher atau sekitar tubuh yang lain pada janin, serta
menilai erat tidaknya lilitan tersebut.
2) Memberikan oksigen pada ibu dalam
posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan berlangsung lama dengan DJJ
semakin lambat (bradikardia), persalinan harus segera diakhiri dengan operasi
Caesar.
3) Jika tali pusat melilit longgar di
leher bayi, melepaskan melewati kepala bayi namun jika tali pusat melilit erat
dileher dengan menjepit tali pusat dengan klem di dua tempat, kemudian memotong
diantaranya, kemudian melahirkan bayi dengan segera. Dalam situasi terpaksa
bidan dapat melakukan pemotongan tali pusat pada waktu pertolongan persalinan
bayi.
Tali pusat terbentuk sejak awal kehamilan. Setelah embrio terbentuk, yaitu pada minggu ke 5, tali pusat sudah bisa terlihat melalui pemeriksaan USG, yang tampak sebagai benang tipis diantara embrio dan plasenta. Itu lah yang akan menjadi cikal bakal tali pusat. Seiring janin berkembang, tali pusat bertambah panjang dan diameternya juga bertambaha lebar karena ia memulai tugasnya menjadi selang dan makanan buat janin.
Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia.
Pada usia 8 bulan umumnya kepala bayi belum memasuki bagian atas panggul ibu hamil. Pada saat itu ukuran bayi relative masih kecil dan jumlah air ketuban banyak sehingga memungkinkan bayi terlilit tali pusat. Pada kehamilan kembar dan air ketuban berlebihan atau polihidramnion, kemungkinan bayi terlilit tali pusat akan meningkat.
Tali pusat yang panjang juga dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata adalah 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Dikatakan panjang tali pusat jika melebihi 100 cm dan dikatakan pendek jika panjangnya kurang dari 30 cm. (Sarwono, 2008).
Lilitan tali pusat ini sendiri dapat mengakibatkan suatu kejadian fatal yaitu kematian bayi. Karena puntiran tali pusat yang berulang-ulang ke satu arah tersebut mengakibatkan atus darah dari ibu ke janin tersumbat total. Lilitan tali pusat pada bayi yang terlalu erat sampai dua atau tiga kali bisa menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen. (Sarwono, 2008).
Supaya terciptanya bayi yang sehat maka dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar – benar sesuai dengan prosedur kesehatan. Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi (Media Aesculapius FKUI ).
Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke – 5 dan hari ke – 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian. (Sarwono, 2008).
Untuk anda yang membutuhkan produk kapsul herbal untuk kesehatan anda bisa klik
http://www.abieshop.com/2014/06/harga-herbal.html